Bagi sebagian besar jemaat Psalm 21, tentu tidak asing lagi dengan orang yang satu ini. Jika kita sering beribadah, pasti kita pernah berjumpa dengan seorang bapak yang masih muda dan piawai dalam memainkan keyboard. Bapak muda itu, tidak lain adalah Yosep(33).

Sepintas lalu, orang akan memandang bahwa suami dari Yessi(32), adalah seorang pemuda biasa. Apalagi didukung oleh penampilannya yang masih muda, banyak orang menyangka kalau dia belum menikah, padahal sudah memiliki seorang istri dan dua putri.

Dengan penampilannya yang sederhana seperti orang dari kampung, orang tidak akan menyangka, jika seorang Yosep adalah pengusaha sukses yang berhasil meraih mimpinya, pada usia yang masih muda. Seorang Yosep yang memiliki kerinduan untuk membuktikan, kalau Tuhan sanggup menjadikan semua orang percaya, sukses!

Mari, orang-orang yang ingin sukses, kita simak wawancara eksklusif ini yang saya tulis dalam bentuk sebuah kisah inspiratif. Bagaimana sepak terjangnya, proses dan tantangan yang dihadapi, jatuh bangunnya. Yang terpenting adalah bagaimana Yosep bisa mengatasi setiap tantangan tersebut bersama Tuhan. Dapatkan juga kiat-kiat mencapai kesuksesan dalam Tuhan. Selamat membaca.

Latar belakang pendidikan

Saya lahir di dusun Sadok di daerah kecamatan Sompak, tahun 1982. Nama saya Yosep, Saya bersekolah di kampung juga, dari kelas 1 sampai 5 SD, kelas 6-nya di SDN 48 Brimob Pontianak, SMP – nya di SMPN 12 (sekarang menjadi SMPN 2) di Sungai Raya, Komplek Gadot. Kemudian saya melanjutkan di SMIP (Sekolah Menengah Industri Pariwisata/sekarang SMK Pariwisata) Cinta Bumi Khatulistiwa, Pontianak. Saya melanjutkan kuliah di Sospol Universitas Terbuka, Pontianak. Saya sengaja kuliah disana supaya bisa sambil bekerja dan juga aktif di gereja.

Terbiasa bekerja membantu orangtua

Sampai tamat SMU, saya masih mengalami seperti itu. Jika liburan, saya pulang kampung, membantu orangtua bekerja menoreh pohon karet. Sudah sejak kecil (dari kelas 3 SD), saya sudah bekerja membantu orangtua menoreh karet.  Bahkan, ketika tamat SMU, saya masih menoreh membantu orangtua, ketika liburan pulang kampung.

Berdikari di Pontianak

Setelah tamat, sesuai anjuran dan keinginan orang tua, saya memulai kehidupan dengan mencari pekerjaan di kota Pontianak. Saya sempat melamar pekerjaan kemana-mana, namun yang diterima dan mendapat panggilan dengan bekerja sebagai sales. Sambil menunggu panggilan pekerjaan, saya sempat bekerja sebagai tukang bangunan, dalam mengisi waktu kosong yang hampir dua bulan.

Terpanggil untuk melayani

Saya bekerja sebagai sales disebuah perusahaan sekitar hampir setahun. Lalu saya dipromosikan sebagai asisten manager dalam tempo hanya beberapa bulan saja. Hanya karena saya merasa ada panggilan untuk melayani, jadi saya tinggalkan pekerjaan. Saya mengutarakan maksud saya ini kepada manager ditempat saya bekerja, pas ketika saya dipromosikan menjadi asisten manager. Manager saya sedikit terkejut dengan mengatakan, “Sebenarnya kamu cukup  berprestasi. Selain gaji, kamu juga dapat bonus, dan komisi yang besar, belum lagi komisi dari hasil kerja anak buah kamu, kog kenapa tiba-tiba mau berhenti?” Saya katakan, “Saya merasa mendapat panggilan untuk menjadi hamba Tuhan.” Akhirnya saya diberi cuti selama seminggu untuk mempertimbangkan lagi keputusan saya. Seminggu kemudian, saya kembali lagi bekerja, namun dalam hati saya masih merasakan panggilan itu. Akhirnya Saya memberanikan diri memutuskan untuk berhenti setelah setahun bekerja sebagai sales, demi menjawab kerinduan hati saya yang semakin hari semakin mendorong untuk memberikan diri dalam pelayanan, waktu itu saya bergabung disalah satu gereja lokal.

Karena saya merasa bukan terpanggil untuk melayani fulltime, jadi saya memanfaatkan ilmu marketing yang sudah ada yaitu dengan bekerja freeline sebagai sales plastik. Saya ambil barang-barang dari beberapa agen dan pabrik dan memasarkannya di daerah-daerah dalam kota dan luar kota.

Sempat beribadah di Gereja Sungai Yordan (Psalm 21) tahun 1993.

Sebelumnya, dari tahun 1993, saya sudah sempat beribadah di Psalm 21 (Gereja Sungai Yordan). Ketika itu, masih beribadah di Wisma Nusantara, Pontianak. Saya sempat mengikuti Seminar Hidup Baru dalam Roh di gereja Sungai Yordan tahun 1996, di H.Abbas (sekarang kantor gereja). Tetapi waktu itu, saya masih pendatang saja dan belum jemaat tetap, karena masih terdaftar di gereja lama. Kira-kira sebulan sekali saya beribadah di Sungai Yordan.

Waktu itu, saya masih SMP, datang ke gereja Sungai Yordan pun karena diajak, bukan inisiatif sendiri, belum lahir baru, masih hanya sekedar ikut ke gereja. Beribadah untuk melakukan kewajiban sebagai orang Kristen saja. Saya pemuda yang aktif di gereja, bahkan pernah menjadi ketua panitia natal, paskah, hari kitab suci dan ketua retret di sekolah. 

Terlibat kenakalan remaja

Sejak SMP, saya sudah terlibat dalam kehidupan malam, seperti minum minuman keras, merokok, berkelahi, kadang ikut tawuran, pernah ikut demo, terlibat dalam judi, dan berbagai kenakalan remaja lainnya. Saya terpengaruh situasi anak-anak muda waktu itu. Jika kita tidak ikut nakal, dianggap kurang pergaulan dan dijauhi teman-teman, meskipun sudah ikut ke gereja, tetapi belum mengalami pertobatan hidup.

Jamahan Tuhan pertama

Ketika mengikuti sebuah KKR, saya mengalami jamahan Tuhan yang pertama kali saya rasakan dan begitu kuat. Waktu itu, saya masih kelas 1 SMK. Saya didoakan dan dijamah Tuhan, sampai saya tidak bisa manahan tangis. Saya benar-benar mengalami manifestasi kuasa Roh Kudus. Ini membuat saya haus akan Tuhan.

Setelah saya mengalami jamahan Tuhan tersebut, saya ingin hidup saya berubah. Saya kagum terhadap seorang teman, anak dari seorang hamba Tuhan. Saya suka dengan karakternya dan beberapa karakter para hamba Tuhan yang saya kenal. Saya bilang sama Tuhan, kalau saya ingin seperti mereka. Jadi saya ingin mengubah hidup saya. Saya tidak lagi merokok, tidak lagi meminum minuman keras dan menghentikan segala kenakalan remaja.

Dari situasi itu, saya ingin sekali berubah. Waktu itu, saya ada mendengar kesaksian dari seorang kawan, bahwa ada orang yang rajin ke gereja, tiba-tiba mengalami kecelakaan sampai lumpuh dan tidak bisa ke gereja lagi. Karena kejadian tersebut, orang itu bilang sama Tuhan, “Tuhan, saya lumpuh karena saya kecelakaan ketika mau ke Gereja. Jadi saya tidak mau lagi ke gereja.”

Tetapi, tidak lama kemudian, orang ini mendengar tentang temannya yang sedang sakit, tetapi menjadi sembuh setelah membaca (merenungkan) firman Tuhan sampai habis dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Karena kawan yang mengalami kecelakaan ini, juga ingin sembuh, Lalu dia berdoa, “Tuhan, saya juga akan membaca (merenungkan) firmanMu sampai habis Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, tetapi setelah itu, mohon sembuhkan saya. Jika saya sembuh, saya akan bangkit kembali dan rajin ke gereja lagi.” Dan akhirnya, memang betul, Tuhan menyembuhkan kelumpuhannya dan dia kembali aktif di gereja, haleluyah.

Saya mendengar kesaksian ini dan saya memang ingin berubah dari kebiasaan lama saya, namun saya tidak mampu dengan kekuatan sendiri. Akhirnya, saya berkomitmen untuk membaca (merenungkan) Alkitab, dari Matius sampai Wahyu. Saya berdoa, “Tuhan, jika saya selesai merenungkan Perjanjian Baru, saya ingin Engkau ubahkan.” Waktu itu saya masih kelas 2 SMK.

Aktif di sanggar

Sewaktu SMK, saya juga sudah aktif disebuah sanggar, dimana dalam sanggar itu saya menekuni seni tari dan musik, Saya biasa memainkan alat musik tradisional (klenong, gong, beduk, suling,dan sape, juga beberapa alat musik tradisional lainnya). Kami biasa ikut berbagai festival budaya. Juga sering tampil dalam berbagai pertunjukkan hiburan di Pontianak dan berbagai daerah.

Semakin dipulihkan lewat perenungan firman Tuhan

Tuhan semakin memulihkan saya lewat perenungan Alkitab yang saya lakukan secara konsisten. Walaupun terkadang hanya membaca beberapa ayat saja satu hari, tetapi saya berusaha untuk komitmen membaca Alktab setiap hari. Setelah kurang lebih, hampir setahun, saya selesaikan pembacaan Perjanjian Baru. Sebenarnya ini termasuk lama, karena saya bacanya sedikit-sedikit tiap hari.

Saya pun mengalami perubahan. Yang dulunya gampang mengeluarkan omong kotor dan perkataan makian, secara otomatis hilang. Sepertinya ada “sesuatu” yang mengerem. Saya pun heran. Jadi, dari tipe orang yang banyak ngomong, berubah menjadi pendiam. Saya tidak lagi berbicara sembarangan, tidak lagi merokok (sejak kelas 2 SMK), dan tidak lagi minum minuman keras. Hebatnya, ketika saya tidak minum arak dan tidak merokok lagi, prestasi saya di sekolah pun meningkat, sejak itulah mulai banyak kepercayaan yang diembankan kepada saya dari sekolah, yang berhubungan dengan kerohanian.

Terus Rindu untuk bertumbuh

Sampai ketika masuk ke dunia kerja, saya rindu terus untuk bertumbuh. Tapi saya masih sulit mengatur waktu untuk pelayanan, karena saya masih terikat dengan waktu kerja. Setiap kali keluar kota, biasanya sampai dua atau tiga bulan. Saya jarang ada di Pontianak.

Puji Tuhan, dalam situasi itu, walaupun saya jarang beribadah ke gereja, tetapi benih Firman itu masih selalu teringat, jadi masih mampu menahan diri dari pengaruh kehidupan malam, apabila diluar kota. Dimanapun juga saya bermalam, di luar kota, saya membawa Alkitab, dan membacanya jika ada kesempatan.

Jamahan kedua

Suatu ketika, dimana saya sungguh-sungguh mengalami jamahan Tuhan yang sangat dahsyat dalam kehidupan saya, ialah jamahan kedua yang terdahsyat yang saya alami. Yaitu ketika saya mengikuti ibadah di Gereja Sungai Yordan, Singkawang. Waktu itu, saya sedang sales di kota Singkawang dan menyempatkan diri beribadah disana. Saat itu, saya membawa empat teman sekerja ke gereja. Saya berpikir, kawan-kawan saya yang akan dijamah Tuhan, ternyata saya sendiri yang dijamah sampai tidak bisa menahan air mata yang terus mengalir lumayan lama. Bahkan ketika ibadah sudah selesai, saya masih menangis, dan harus ke toilet untuk membersihkan diri. Disitulah saya merasa harus mencari Tuhan lebih lagi.

 

 

Masih kurang mengerti kekristenan

Dulu, waktu masih sekolah di SMK, saya sempat praktek kerja disebuah perusahaan travel selama 3 bulan. Saya sempat ditanya oleh seorang teman,” Eh, kenapa sih orang Kristen Tuhannya tiga?” Waktu itu, saya tidak bisa langsung memberikan jawaban dan setelah memberi jawaban pun saya juga bingung sendiri dengan jawaban saya.

Pertanyan ini menyadarkan saya. Bahwa saya pikir, saya telah menjadi kristen, tetapi kurang mengerti dengan kekristenan, jadi apa gunanya saya menjadi kristen seperti ini? Dari kejadian inilah muncul kerinduan saya untuk mendalami Alkitab. Itulah sebabnya, saya bergabung dengan sebuah gereja yang menfasilitasi saya mengikuti Sekolah Alkitab Malam. Saya mulai mengalami pengertian akan Tuhan dan juga banyak mengikuti seminar-seminar rohani, sehingga sedikit demi sedikit, pengetahuan akan kekristenan saya mulai bertambah.

Lewat proses inilah saya semakin mengerti dan mengenal Tuhan. Saya juga sering membaca buku-buku rohani, dari berbagai sumber dari dalam dan luar negeri. Melalui pembacaan buku-buku tersebut pemahaman akan Tuhan semakin bertambah. Waktu di gereja yang saya pernah aktif, setiap Kamis biasa mengikuti doa semalaman, doa puasa, dan kegiatan-kegiatan yang lain, menjadi PKS dan sempat menjabat sebagai ketua pemuda di gereja. 

Pernah kembali dari nol menjalankan usaha

Seiring berjalannya waktu karena faktor banyak hal, usaha saya mogok dan saya stop. Akhirnya saya kembali mencoba menjalankan usaha dari nol. Sebelum itu sempat pulang kampung pernah mencoba melamar di PNS, buka usaha, dan mencoba melamar di lembaga keuangan, mencoba menjadi pengajar (guru), rarmasi, namun situasi tidak memberikan kesempatan, dan saya akhirnya kembali ke Pontianak, dengan usaha sambilan pada waktu itu, memulai bisnis menjual minuman air tahu. Sebenarnya awalnya saya tidak mau, tetapi saya termotivasi oleh saran salah satu kawan kita, yaitu bp. Johan. Akhirnya saya menjalankan usaha ini. Dengan tujuan setelah besar dan banyak konsumen ingin dikemas menarik seperti minuman-minuman lainnya dan teh botol adalah produk inspirasi saya. Dan kebetulan seorang kawan seiman ada yang mengajak join, namun tidak terlaksana karena permodalan yang lumayan tinggi pada waktu itu, karena anjuran dari dinas harus menggunakan sistim radiasi ultra violet R.O (reverse osmosis).

Akhirnya, karena harus dengan persyaratan demikian, saya urungkan niat saya untuk usaha tersebut, karena pada awalnya saya tidak memiliki rencana menjual air tahu hanya di Pontianak saja, tapi sampai ke seluruh Indonesia, namun karena untuk melakukan pemasaran seperti itu, produknya harus di packing dan dikemas dengan ketahanan minimal satu tahun, maka saya pun mulai konsen dengan usaha yang lain.

Usaha warnet dan warung kopi

Ketika itu, dalam waktu yang bersamaan, saya juga menjalankan usaha warung kopi dan warnet, bersama teman seiman. Waktu itu, saya masih belum menikah, namun setelah tiga tahun berjalan tempat usaha warung kopi direnovasi oleh pemiliknya, dan harga sewa ruko pun dinaikkan dua kali lipat.

Akhirnya, kami memutuskan untuk tidak lagi usaha warung kopi, setelah itu saya hanya menjalankan usaha warnet saja. Saya berpikir dengan kecepatan update teknologi, usaha warnet akan mengalami penurunan pasar. Jadi jika hanya berharap dari usaha warnet, kedepannya saya tidak bisa berbuat apa-apa.

Berbagai usaha agrobisnis

Saya terus mencari informasi akan usaha yang bisa saya lakukan. Awalnya saya mengalami 3T (terobsesi, terasimilasi, dan terstimulasi) oleh syair lagu Koesplus yang berbunyi “kata orang tanah kita tanah surga, tongkat dan batu bisa jadi tanaman”. Dengan didukung informasi internet yang saya punya, saya mulai mencari informasi mengenai Agrobisnis dari semua komoditi, dari sisi prospek dan kelemahannya. Setelah mendapat lumayan ilmu dan relasi, saya pun mulai mencoba bergerak dibidang agrobisnis, dengan dibantu beberapa teman yang sudah berpengalaman dibidang agrobisnis.

Usaha ini mencakup semua kegiatan pembudidayaan, mulai dari penyemaian, pembibitan, penanaman, perawatan dan pemupukan hingga panen. Ada beberapa kegiatan yang sudah mulai dilaksanakan, baik penyemaian, pembibitan, dan bahkan penanaman, dari beberapa komoditi agro yang dipilih. namun saya mulai memfokuskan diri untuk mengembangkan pembudidayaan dan pemasaran salah satu komoditi alam kalimantan yaitu kadama (herbal) dengan mempergunakan ilmu yang didapat dari usaha warnet, yaitu membuat iklan dan website berupa blog di internet.

Saya menjalankan bisnis herbal ini sudah sejak tahun 2010, namun belum berani saya ekspose karena komoditi baru dan belum diatur bebas pemasarannya oleh pihak pemerintah, meskipun sudah sejak sekitar 2002 masyarakat sudah mulai mengkomersialkannya, baik dari sumatera, riau, dan wilayah lain termasuk kalimantan, namun seiring waktu berjalan pemerintah sudah mulai mendukung dan memberikan ijin dengan memberikan rekomendasi untuk lintas batas antar wilayah.

Lewat usaha inilah saya menyadari bahwa Tuhan bekerja menyatakan kasih karuniaNya kepada orang yang mengandalkan dan berseru kepadaNya. Saya sekarang sudah memiliki ratusan pekerja dalam membudidayakan komoditi ini, seperti di Putussibau, Sintang, Nanga Pinoh dan Sekadau, yang pada dasarnya konsefnya adalah pemberdayaan.

Mulai Meningkat

Dari tahun 2010, melalui bisnis ini, saya mulai dari kecil dan bisa memperoleh penghasilan sekitar  3-7 juta per bulan. Ya, sementara cukuplah untuk biaya hidup sebulan, ketika itu. Tetapi saya belum puas dan ingin berkembang. waktu itu saya belum fokus menjalankan komoditi ini dan masih mau melibatkan diri dalam urusan organisasi dan bisnis-bisnis yang lain, yang mengakibatkan saya harus mengalami banyak kerugian hingga ratusan juta, sementara tahun 2011 saya mulai menerima banyak pesanan / order di bisnis komoditi herbal ini, sehingga 2013 saya berkomitmen untuk fokus mengurus usaha herbal saya. Sampai sekarang saya sudah mempunya mitra buyer di berbagai wilayah di indonesia, dan beberapa negara di Eropa dan Amerika, dengan jumlah produksi puluhan ton per bulan.

Distributor galon

Selain usaha komoditi daun herbal ini, saya juga usaha galon, distributor galon (untuk air isi ulang) di tingkat Kalimantan. Namun, dalam usaha ini, saya belum berani ekspansi kemana-mana, karena resikonya lumayan tinggi, membutuhkan modal yang besar dengan profit yang sedikit. Jadi saya membatasi hanya untuk Kalimantan Barat saja.

Kembali ke pengalaman rohani

Akhir tahun 2005, saya memutuskan untuk komitmen aktif berjemaat dan melayani di gereja Psalm 21 saja, atau yang kita kenal sebagai Gereja Sungai Yordan. Tapi waktu itu, tidak serta merta saya memutuskan komitmen. Karena pada waktu itu saya mengalami krisis kepercayaan terhadap gereja, karena beberapa kasus yang dialami dari pengalaman gereja yang lama.

Awalnya saya pindah ke gereja Psalm 21, sebenarnya bukan untuk mencari Tuhan, tetapi hanya sekedar ikut saja, karena saya berpikir, semua gereja sama saja. Waktu itu saya tidak terlalu respon dengan pendeta.

Tetapi saya mengalami pencerahan ketika ikut Seminar Mencapai Puncak 1 di Bukit Doa. Saya mengalami pencerahan dari Tuhan, pada waktu hari panas, sementara gembala menyampaikan khotbah, gembala sempat berdoa supaya hari menjadi mendung. Dalam waktu hanya beberapa menit, tiba-tiba mendung. Saya pikir ini terjadi karena doa atau pas memang kebetulan mau mendung. Tapi tidak lama kemudian, turun hujan. Gembala berdoa lagi meminta hujan berhenti. Lalu hujan pun berhenti seketika.

Mulai saat itu, saya berpikir, ini hamba Tuhan yang benar dan boleh didengar. Dia  adalah hamba Tuhan yang benar-benar melayani Tuhan, sampai cuaca pun tunduk dengannya. Tuhan berkenan atas hamba Tuhan ini, yang sekarang adalah gembala saya, Pdt. Markus Tonny Hidayat. Sejak kejadian itulah saya benar-benar berkomitmen untuk berjemaat dan melayani di Psalm 21. Mulai dari pelayanan angkat-angkat kursi, angkat sound system sebelum dan sesudah ibadah, yang terkadang sampai larut malam. Lalu terlibat pelayanan parkir, pernah juga menjadi worship leader, sampai menjadi pemusik sekarang. Jadi, semuanya perlu proses dan dalam proses itu, sempat jatuh bangun juga.

Bukti kalau Tuhan sanggup menjadikan kita sukses

Di kampung, keluarga besar kami memang cukup terpandang, tapi dari seluruh keluarga besar, keluarga kami lah yang istilahnya paling “bontot” dalam hal ekonomi. Semua keluarga sekolah, hanya orang tua saya saja yang tidak bersekolah. Waktu itu, pernah sempat punya usaha, tapi bangkrut, karena orang tua terpengaruh dengan judi.

Saya dilahirkan dari keluarga yang berkekurangan, karena orang tua pekerja tani, jadi dengan dasar percaya dan bermodalkan imanlah saya bisa menjalani perjalanan hidup hingga sampai seperti yang sekarang, bukan karena dasar modal dari orang tua atau keluarga, dll. Lewat kehidupan saya sekarang, menjadi kesaksian juga bagi keluarga bahwa orang yang berharap dan percaya kepada Tuhan, hidupnya diberkati dan dibela Tuhan.

Kerinduan memiliki rumah, menjadi kenyataan

Selain bisnis daun herbal, saya juga memiliki kesaksian lainnya, yaitu ketika saya rindu untuk memiliki sebuah rumah. Kami, suami-istri sudah sepakat untuk membeli sebuah rumah yang sudah kami cek sebelumnya. Harga rumah tersebut lumayan bagi kami saat itu, sekitar 300 juta-an. Sewaktu servey, saya melihat seluruh interior dan eksteriornya itu sama persis dengan rumah yang saya  rindukan sejak saya masih bujang, ukuran dek yang tinggi dan ada hall-nya juga, dengan bentuk dua lantai, dan semuanya sesuai dengan keinginan saya.

Dalam hati saya berdoa, “Tuhan, saya merindukan untuk membeli rumah ini.” Saya yakin Tuhan berkenan, tetapi Tuhan tidak langsung jawab doa saya. Saya mengalami pergumulan untuk membayar rumah tersebut, karena saya harus segera membayar DPnya, sedangkan saya belum mempunyai uang yang cukup ketika itu.

Saya bergumul untuk pelunasan rumah itu. Sekitar 3 bulan, setiap hari saya berdoa 5 sampai 6jam, “Tuhan, tunjukkanlah kuasaMu, tunjukkan bahwa tidak percuma saya melayaniMu, tunjukkan bahwa tidak percuma saya beribadah kepadaMu. Saya harus membayar rumah itu, paling lambat pada waktu itu tanggal 5 Februari 2012, dan saya dalam situasi itu memberikan deadline buat Tuhan untuk menjawab doa saya.” Jika tidak ada jawaban dari Tuhan, maka saya tidak akan mau lagi beribadah, apalagi terlibat pelayanan. 

Saat itu, banyak kawan dibeberapa pertemuan yang menghibur dan memberikan masukkan. Bahkan ada orang yang baru pertama kali bertemu dengan saya, dan herannya bicara tentangTuhan sepanjang pertemuan itu. Dia katakan, “Tuhan pasti menjawab pergumulanmu, sekarang anda introspeksi dulu, jika temukan adanya kesalahan, bertobatlah.”

Berapa kali saya bertemu orang-orang, mereka selalu bicara kurang lebih seperti itu. Saya menjadi heran. Apakah Tuhan sedang berbicara kepada saya melalui orang-orang itu? Saya renungkan perkataan-perkataan itu. Saya yakin, memang Tuhan tidak pernah salah, dan sayalah yang salah pemahaman. Waktu itu, tanggal 2 Februari, berarti tinggal 3 hari lagi deadline yang saya buat. Tapi 3 hari sebelum hari H, saya bertobat dan mencabut kembali deadline itu. Saya mengambil sikap untuk komitmen terhadap Tuhan, dengan setia menunggu jawaban Tuhan sampai pada waktuNya. Saya terus berdoa setiap malam, dan istri pun tahu pergumulan saya saat itu. Hanya saya menyuruh dia untuk tidak terbawa pikiran juga, supaya fokus kepada pekerjaan dan anak saja, karena dia masih bekerja ketika itu. Setiap kali mereka sudah tidur (sekitar jam 11 dan terkadang jam 12 malam), baru saya bangun berdoa. Saya terus berdoa sampai saya mengalami Tuhan.

Seorang hamba Tuhan, dalam khotbahnya, menceritakan sebuah kesaksian tentang seorang janda miskin, yang tinggal di sebuah gubuk dengan ukuran 1x3m. Ditempat itu dia makan, mandi, mencuci, dan aktifitas lainnya. Bahkan ketika tidur, rambut dan jari-jarinya sampai digigit tikus. Dengan dibimbing seorang hamba Tuhan, janda yang sudah percaya ini, berdoa kepada Tuhan minta sebuah rumah yang layak. Singkat cerita, Tuhan memberkati janda itu dengan sebuah rumah senilai 300 juta dengan berkat dari salah satu anak Tuhan ketika itu. Hamba Tuhan itu berkata, “Jika janda ini, bisa mengalami kasih karunia Tuhan sedemikian rupa, dengan pemahaman dan penjabaran Firman yang masih sederhana dan terbatas, masakkan kita tidak mengalaminya?

Mendengar khotbah dan kesaksian itu, saya merasakan bahwa Tuhan berbicara terhadap diri saya, untuk meyakinkan saya bahwa Dia sanggup, karena nilai rumah itu, kurang lebih sama dengan nilai rumah yang akan saya beli pada saat itu. Saya yakin, Tuhan sedang menegur saya lewat kesaksian tersebut. Saya berdoa, “Tuhan, jika janda itu mendapat kasih karunia seperti itu, masakkan saya tidak? Saya sangat terharu dengan cara Tuhan untuk menguatkan iman saya, sampai melalui rekaman khotbah yang saya dengar Dia juga berkarya disitu.

Singkat cerita, dengan ajaib Tuhan memberkati saya untuk pembayaran rumah. Dia menjawab doa saya dengan memberkati usaha saya, saat itu omzet meningkat ratusan juta dalam perbulannya. Dengan setia, saya tetap menunggu dan beharap akan kuasaNya, melalui terus berdoa.

Dari situasi itu saya terus setia berdoa. Saya merasa bersyukur. Lewat pergumulan ini, justru saya semakin dekat dengan Tuhan dan sering mengalami jamahanNya. Tuhan menjawab doa saya setelah dua bulan bergumul, Saya mendapatkan pelajaran dari situasi ini, yaitu harus setia menjalani proses dulu, dan ada hal-hal yang harus kita harapkan dari Tuhan, tapi kita harus tetap setia sampai kita dilayakkan untuk menerima berkatNya. Saya percaya, jika Tuhan sudah membuka pintu berkatNya, pintu itu akan terus dibukakan kalau kita terus menjaga kepercayaan yang Tuhan berikan.