Saya bersyukur diberi kesempatan untuk menjadi berkat bagi saudara. Saya percaya, kita semua beribadah, karena kita mengasihi Tuhan dan bukan rutinitas agamawi. Tapi jika ada yang beribadah hanya karena rutinitas, ini saatnya kita bertobat. Kita datang ke gereja, kita harus download dan instal kebenaran firman Tuhan, sehingga kita diperbaharui, sehingga kita datang beribadah, tidak pulang dengan hampa. 

Firman Tuhan hari ini terambil dari Markus 9:35, “Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: ‘Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.’" 

Ayat di atas menceritakan ketika itu, murid-murid Tuhan Yesus sedang berjalan bersama dan diantara mereka terjadi pertengkaran tentang siapa diantara mereka yang paling besar. Tuhan Yesus memanggil mereka dan mereka menyampaikan hal ini kepada-Nya. Tuhan Yesus menjawab hal yang mereka pertengkarkan dengan ayat di atas, "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya."

Ada sebuah prinsip yang Tuhan ajarkan kepada kita, yaitu prinsip mengalah. Jika seseorang mau menjadi yang nomor satu, maka dia harus rela menjadi yang terakhir. Dalam terjemahan bahasa Inggris, ayat ini berbunyi lebih jelas bahwa, mereka yang mau jadi yang pertama, dia harus menjadi yang terakhir. Karena prinsip ini, maka topik saya hari ini adalah “Yang Waras, Mengalah”. Kalimat ini gampang diucapkan dan mengandung unsur kebenaran. 

Firman Tuhan bekerja dengan luar biasa, dan Tuhan memberitahukan bahwa prinsip ini juga digunakan dalam Alkitab. Prinsip mengalah ini juga diterapkan dalam kehidupan, misalnya peraturan lalu lintas. Ketika lampu merah, itu berarti kita mengalah dan membiarkan orang lain jalan dulu. Sama juga ketika kita mengantri di bank, kita mengalah dan menunggu bagian kita dipanggil teller. Tapi yang membuat negara kita sulit maju, karena banyak orang Indonesia, sulit mengalah. Antrian diterobos, lampu merah diterobos, dll. Lain dengan Singapura yang memiliki budaya antri yang baik. 

Mengalah, bukan berarti kalah. Nelson Mandela, presiden Afrika Selatan, pernah berkata, “Terkadang kita memang harus kalah dalam peperangan, untuk memenangi peperangan itu.” Perkataan ini sudah dibuktikan oleh Nelson Mandela, dimana hidupnya sempat dianiaya, difitnah, dan dipenjara,tapi akhirnya dia menjadi presiden Afrika Selatan. Ketika meninggal, Nelson Mandela dikenang sebagai seorang pahlawan. Baahkan waktu kematiannya, banyak pemimpin bangsa dari seluruh dunia, hadir karena menghormatinya. 

Prinsip mengalah bekerja secara luar biasa, mudah diucapkan, tetapi tidak mudah dilakukan. Karena banyak orang ingin mempertahankan egonya. Salah satu praktyek mengalah yang tidak mudah dilakukan adalah mengantri. Contohnya ketika lampu merah, padahal lampu masih merah, tetapi karena posisi kita ada ditengah kendaraan yang sudah bergerak maju, kitapun terjebak ikut maju juga. Kita terjebak dalam kebodohan kita sendiri. Ini yang sering terjadi. Yang penting adalah, kita harus menerapkan prinsip ini sebagai prinsip pribadi. 

Apakah kita harus selalu mengalah? Ada beberapa contoh dalam Alkitab, untuk menjawab pertanyaan ini. Mengalah ternyata merupakan salah satu strategi yang baik. Contoh-contohnya:

1. Abraham

Kejadian 13:5-9, “Juga Lot, yang ikut bersama-sama dengan Abram, mempunyai domba dan lembu dan kemah. Tetapi negeri itu tidak cukup luas bagi mereka untuk diam bersama-sama, sebab harta milik mereka amat banyak, sehingga mereka tidak dapat diam bersama-sama. Karena itu terjadilah perkelahian antara para gembala Abram dan para gembala Lot. Waktu itu orang Kanaan dan orang Feris diam di negeri itu. Maka berkatalah Abram kepada Lot: ‘Janganlah kiranya ada perkelahian antara aku dan engkau, dan antara para gembalaku dan para gembalamu, sebab kita ini kerabat. Bukankah seluruh negeri ini terbuka untuk engkau? Baiklah pisahkan dirimu dari padaku; jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri.’”
    Kita lihat bagaimana Abraham mengalah kepada Lot, keponakannya untuk memilih dahulu daerah yang ingin dikuasainya. Lot memilih Sodom dan Gomora, yang akhirnya dihancurkan Tuhan, tapi Abraham semakin diberkati.

 

2. Salomo

Tentu kita masih ingat kisah Salomo yang sedang mengadili 2 wanita yang saling berebutan anak. Dimana keduanya mengaku sebagai ibu dari anak yang masih hidup itu, sementara anak yang satu lagi sudah mati (1 Raja 3:16-dst). Akhirnya supaya adil, Salomo hendak membelah anak itu menjadi 2 dan dibagikan kepada ke 2 wanita itu. Tentu ibu anak itu yang sebenarnya, akan segera mengalah, supaya anak itu tetap hidup dan dia rela agar anak itu diberikan kepada wanita yang satu lagi. Akibat sikap mengalah ini, terbongkarlah kasus ini, siapa ibu yang sebenarnya dari anak itu. Ibu yang asli mendapatkan kembali anaknya, ibu yang palsu menerima hukuman. Wow, alangkah dahsyatnya prinsip mengalah. Mengalah bukan berarti kalah.

3.  Daud
Kita tahu berapa kali Saul hendak membunuh Daud. Dalam 1 Samuel 18:1; 19:10;  menceritakan perihal percobaan pembunuihan Daud oleh Saul. Daud juga memiliki kesempatan untuk membunuh Saul. Bagi Daud, sangat mudah untuk membunuh Saul, tetapi itu tidak dilakukannya, walaupun kesempatan terbuka lebar (1 Samuel 24:3-dst dan 1 Samul 26:7-9). Daud mengalah, dan tetap menganggap Saul adalah Raja yang diurapi Tuhan. Daud mengalah karena dia tahu kalau belum saatnya bagi dia untuk melakukannya. Daud menghormati Tuhan. Daud mengalah pada Saul, bukan berarti kalah. Akhirnya Tuhan membela Daud. Daud menjadi raja yang sangat dihormati dan Saul mati dengan mengenaskan. 

Prinsip mengalah ini pasti akan bekerja secara dahsyat, asalkan kita mampu melakukannya. Mintalah kekuatan Tuhan menyertai kita, supaya bisa melakukan prinsip ini.