Suasana yang ceria dan menyenangkan. Demikianlah perasaan yang dialami team redaksi (Abraham & Edy), ketika berkunjung ke kantor tempat Bp. Warno Halim bekerja. Disela-sela kesibukannya, beliau bersama istri (Yanti), menerima kunjungan kami dan melayani kami dengan sangat baik.

Pak Warno mengisahkan tentang pertobatannya kepada Tuhan melalui sebuah proses yang sangat luar biasa, yaitu sakit penyakit. Sebuah penyakit yang aneh dan tidak terdeteksi secara medis, sekalipun sudah menggunakan berbagai peralatan medis canggih.

Perjalanan kehidupan yang sungguh luar biasa, dari kesusahan hidup karena penyakit yang tak terdeteksi, tetapi membawa Bp. Warno mengenal Sang Penyembuh Sejati, yang memberikan kesembuhan sejati yang dahsyat dalam dirinya. 

Bagaimana kisahnya? Selain kesembuhan, pemulihan apa yang terjadi? Tanpa menunggu lama, mari kita baca artikel wawancara ini. Tuhan memberkati.

Saya bertobat sekitar tahun 2013, melalui suatu peristiwa yang luar biasa bagi saya. Sebelum saya mengenal Tuhan Yesus (bertobat), saya menganut kepercayaan lama dengan taat. Karena ketaatan saya, istri saya pernah berkata bahwa dia salut, jika ada orang yang bisa membawa saya menganut kepercayaan lain. Saya sangat taat dan fanatik dengan kepercayaan lama. 

Tapi saya sering sakit dan sudah berobat kemana-mana dengan berbagai pengobatan, baik secara medis maupun secara supranatural. Bahkan saya sudah berobat sampai ke Penang, Kuching dan Singapura, tapi tidak kunjung sembuh dan tidak diketahui secara pasti, apa penyakit yang saya derita. 

Redaksi (Red): Secara medis, pemeriksaan apa saja yang pernah anda alami?
Saya sudah dirontgen, MRI, dan menjalani berbagai tes lainnya, sampai dokternya pun bingung mau memberikan saya obat apa, karena tidak menemukan penyakit saya. Seharusnya, hanya cukup melalui MRI saja, sudah pasti bisa mengetahui sebuah penyakit, tetapi tidak terhadap saya. Jujur, saya sampai merinding, karena dokter yang hebat saja tidak bisa menemukan penyakit saya, apalagi menyembuhkannya.

Akhirnya, dokter hanya memberikan obat penenang saja (obat tidur). Tapi setelah mengkonsumsi obat tidur itu pun, tetap masih tidak bisa tidur. Setelah seminggu minum obat tanpa adanya perubahan, saya berangkat ke Jakarta dalam kondisi badan yang sangat drop dan kurus sekali (saat itu 57 kg, sekarang sudah 65 kg). 
Red : Bagaimana kelanjutannya setelah dokter tidak bisa mendeteksi penyakit Anda?

Warno Halim:
Saya pernah berobat di Jakarta. Saya meminta seorang teman untuk mencari dokter syaraf yang paling ok. Teman saya mendapat seorang dokter syaraf terkenal, yang pernah merawat salah satu Presiden RI. Diapun mencarinya dan mendaftarkan nama saya ditempat praktek dokter tersebut. 

Setelah didaftarkan, saya harus menunggu selama sepuluh hari baru dapat antriannya. Maklum dokter terkenal, pasiennya sangat banyak. Ketika berkonsultasi dengannya, saya menceritakan semua keluhan saya dari mulai kepala yang terasa berat, leher tegang (pegal) dan tidak bisa tidur. Beliau pun menyarankan agar saya periksa darah di lab. 

Dari haril cek darah, hanya ditemukan kolesterol saya naik sedikit, sekitar 210 (normal 200). Dari hasil rontgen kepala, juga tidak ditemukan adanya gejala tumor di kepala. Semua tidak apa-apa, bahkan tidak juga mengalami syaraf kejepit. 

Saya bertambah bingung. Wah bagaimana nih? Dokter itu hanya bilang saya mungkin banyak pikiran. Dia menyuruh saya kembali saja. Tapi bagaimana? Saya masih merasa sakit dan tidak bisa tidur, walaupun sudah minum obat tidur. Tetap dokter itu berkata bahwa saya terlalu banyak pikiran, sampai stress. 

Akhirnya dokter itu pun tidak bisa memberikan obat, hanya obat penenang. Ya, lagi-lagi obat penenang. Saya beli obat penenang sesuai resep dokter tersebut, tapi tetap masih tidak ada perubahan. 

Red : Selain pemeriksaan medis, apakah Anda pernah menggunakan tehnik penyembuhan dengan cara yang lain (supranatural)?

Warno Halim:
Saya pernah mencoba penyembuhan dengan cara lain, tapi ini juga tidak membawa kesembuhan, malah semakin membuat kekacauan dalam diri saya. Segala ritual saya ikuti, juga tidak ada perubahan.

Saya sering mengalami sakit dibagian kepala (pusing), leher terasa pegal, selain tidak bisa tidur, dan seluruh badan pun sering terasa kurang enak. Walaupun bisa dibilang ini bukan penyakit jantung atau demam, tetapi kondisi tersebut tetap saya alami sampai sekitar hampir 2 tahun. 

Red: Lalu bagaimana perjalanan Anda sampai bisa berjumpa dengan Tuhan Yesus?

Warno Halim:
Sedikit flashback, beberapa waktu sebelum saya ke Jakarta berkonsultasi dengan dokter di atas, saya sempat menghadiri sebuah pameran sepeda dan furniture di PCC, Pontianak. Saya sempat bertemu dengan seorang teman yang sudah menjadi Kristen dan berjemaat di Psalm 21. Nama panggilannya Aui (Lukas). Dia menyapa, “Senghia (Warno Halim mimiliki nama panggilan Aseng-red), kenapa kamu kurus sekali? kamu sakit?” Saya jawab, “Ya, tapi saya belum tahu apa penyakit saya. Nafsu makan ada, tetapi leher pegal dan kepala selalu terasa berat menekan, selalu mengganggu selera makan saya. Itulah sebabnya saya menjadi kurus. Saya mengalami kesulitan tidur. Terkadang, saya terpaksa mengkonsumsi obat tidur, itupun tetap tidak bisa tidur.” 
Kawan saya yang bertemu di PCC itu (Aui) berkata bahwa dia juga pernah tidak bisa tidur sampai tiga bulan, bahkan dokter menyarankan agar mengkonsumsi obat tidur yang cukup keras dan harus diminum sebutir, malam menjelang mau tidur. Teman saya itu (Aui) pernah minum sampai dua butir, namun tetap tidak bisa tidur, apalagi nyenyak. Dia pun sudah berobat keberbagai dokter dan kemana-mana seperti saya, bahkan sampai ke Singapura, tetapi tidak kunjung sembuh.

Lalu teman saya melanjutkan, “Sekarang saya sudah sembuh!” Saya penasaran, lho kog bisa? Ke dokter mana? Minum obat apa? Dia bilang bahwa kesembuhannya hanya karena anugrah Tuhan, dia percaya Tuhan Yesus. 
Teman saya itu bersaksi, ketika dia bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan, kemudian besok sorenya, Tuhan sudah mulai bekerja secara luar biasa. Dia sudah mulai bisa tidur, walaupun baru sekitar satu jam. Dia merasa sangat bersyukur walau hanya tidur satu jam, itu berkat yang luar biasa. Malamnya, tanpa meminum sebutirpun obat tidur, teman saya itu bisa menikmati tidur nyenyak yang indah, setelah sekian lama tidak bisa tidur. 

Lalu teman saya itu menyarankan agar saya menerima Yesus sebagai Tuhan. Karena saya masih kepercayaan lain, saya bilang kalau saya belum bisa terima Yesus. Teman saya itu juga tidak memaksa dan dia menceritakan pengalamannya itu, supaya saya tahu saja. Dia bilang, dulu ketika masih sakit, setelah mengenal dan menerima Yesus sebagai Tuhan, tidak lama kemudian dia pun mengalami kesembuhan total. 

Ketika kami berpisah, teman saya itu masih sering menghubungi saya lewat telepon, maupun SMS. Dia terus menanyakan kesehatan saya. Saya bilang, masih sama seperti dulu, belum sembuh. Walau demikian teman saya itu tidak pernah mengajak saya ke gereja, karena baginya gereja manapun sama, yang penting menerima Yesus sebagai Tuhan. Tetapi saya belum bisa melakukannya waktu itu. 
Saya berkata pada teman saya itu, “Sabar, mungkin belum saatnya saya untuk mengenal Tuhan Yesus.” 

Red: Bagaimana kelanjutannya?

Warno Halim:
Kembali ke peristiwa di atas, setelah saya berkonsultasi dengan dokter ahli syaraf di Jakarta, yang tetap tidak menemukan penyakit yang saya derita dan mengobatinya, saya langsung menelepon Aui, teman saya itu. Hari itu Sabtu dan saya bilang ke Aui bahwa besok saya pulang ke Pontianak dan mau ikut ke gereja.

Teman saya itu terkejut, karena tiba-tiba saya mau ke gereja setelah sekian lama saya tidak menghubunginya lagi. Besoknya, kami bertemu di lapangan parkir gereja dan kami masuk ke dalam ruang ibadah bersama-sama. Waktu itu, saya datang tanpa istri dan keluarga, karena mereka belum bertobat. Setelah saya aktif ke gereja selama dua bulan, baru istri saya ikut ke gereja. 

(Hal ini juga dibenarkan oleh Ibu Yanti – istri dari Bp. Warno. Menurut pengakuannya, dia tahu bahwa sang suami pergi ke gereja, karena ingin mengalami kesembuhan dari Tuhan. Malah sangat mendukungnya – Redaksi)
 

Kesaksian Ibu Yanti (istri Bp. Warno):

Awalnya memang saya tidak mau ikut ketika diajak suami. Saya baru mau ikut suami ke gereja Sungai Yordan, jika dia sudah mantap, bertobat dan mau berjemaat disana. Kerinduan saya ialah memiliki keluarga yang selalu mengandalkan Tuhan Yesus dalam setiap perkara. Saudara-saudara saya (pihak istri) dari kecil memang sudah Kristen. Di keluarga saya, tinggal papa mama yang belum terima Yesus. Kami selalu berdoa agar Tuhan menjamah papa dan mama, apalagi mama sudah tiga tahun mengalami sakit strok. 

Kembali ke cerita masa remaja saya. Dari SMP saya sudah aktif pelayanan di Gereja Sui Pinyuh. Masa SMA, saya di Pontianak, juga aktif disalah satu Gereja Pontianak. Ketika menikah, karena suami kepercayaan lain, demikian juga dengan mertua dan seluruh keluarga suami, didorong juga iman saya yang belum kuat, saya akhirnya ikut kepercayaan yang sama dengan suami. Terkadang, teman-teman dari gereja lama saya datang membesuk ke rumah, tapi saya menghimbau mereka agar jangan membahas masalah agama.

Warno Halim:
Dulu, jika ada orang yang membicarakan soal agama, pasti saya tolak dan tidak mau menanggapinya, saya alihkan ke topik lain. Tapi melalui sakit-penyakit, memang ini adalah panggilan dan cara Tuhan yang membuat saya bertobat. Jika saya tidak mengalami sakit-penyakit, mungkin saya tidak pernah bertobat. 

Yanti: 
Ketika mau ke gereja pertama kali, suami masih mau-malu. Tidak boleh ada yang tahu. Saya sendiri baru dibaptis selam Januari 2014 lalu. Ketika suami mau dibaptis, saya sempat menentangnya. Saya bilang pikir-pikir dulu. Tapi karena suami tetap bersikeras untuk dibaptis, saya bilang ya sudah, mungkin ini jalan hidupmu. 
Awalnya saya menentang suami dibaptis, walaupun dulu saya sempat Kristen, tapi mungkin karena terpengaruh dari perkataan orang-orang sekitar, saya jadi takut. Karena katanya jika sampai pindah agama lain, hidup bisa menjadi susah. Saya takut terjadi sesuatu. Tapi kami tetap yakin bahwa Tuhan ada bersama kami. Itulah bukti keperdulian-Nya, Dia tidak membiarkan kami tergeletak mengalami masalah untuk kedua kali. Dulu saya adalah domba yang terhilang, tetapi sudah Tuhan panggil kembali.

Red: Puji Tuhan, sungguh luar biasa. Selain kesehatan, pemulihan apa lagi yang Tuhan lakukan?

Warno Halim: 
Pemeliharan Tuhan sangat luar biasa. Keadaan kami, sebelum mengenal Tuhan dan setelah mengenal Tuhan, sangat berbeda jauh. Dulu tidak ada damai sejahtera, selalu kuatir akan kondisi kesehatan saya, masalah dalam rumah tanga, dan hati selalu merasa galau. Tetapi sekarang semuanya sirna.

Yanti: 
Apa yang dikatakan suami saya benar. Dulu, selain suami sering sakit, juga hubungan suami-istri kurang baik. Dulu sepertinya kami lebih sering “lu...lu...gua...gua..., masing-masing punya urusan sendiri. 

Tapi Tuhan sangat menyayangi keluarga kami. Keluarga pun dipulihkan. Hubungan suami-istri menjadi harmonis. Kami menjadi saling mengasihi dan ada kerendahan hati, satu sama lain. Anak-anak dan usaha suami pun diberkati Tuhan. 

Anak-anak kami memang tidak bandel, tetapi mereka mengalami perubahan sifat yang luar biasa dan lebih dewasa. Karakter setiap pribadi pun berubah menjadi lebih baik. Dulu suami sering emosi, tapi sekarang, buah-buah roh sudah mulai nampak, terutama kesabaran. Jadi, Tuhan menjamah kami secara pribadi, sampai membawa perubahan keseluruh keluarga. 

Warno Halim:
Puji Tuhan, selain keluarga, teman-teman juga merasakan dampak perubahan saya, yang lebih baik. Salah satu teman bilang bahwa saya memang banyak berubah kearah positif. Terutama karakter dan sikap saya. Kondisi kesehatan pun jauh lebih baik. Semua berubah total. Luar biasa. 

Yanti: 
Kalau dulu, ketika suami masih sering sakit, kami sering kali bolak-balik dokter. Pagi ke dokter satu, sorenya ke dokter lain. Dokter A bilang tidak ada penyakit apa-apa, tetapi kami kurang yakin, lalu sorenya pergi ke dokter B. Dokter B pun bilang suami tidak ada penyakit. Tapi suami selalu merasa ada penyakit. Akhirnya kami dibuat bingung. 

Namun puji Tuhan, sekarang semua telah berlalu. Walaupun dokter tidak menemukan apa penyakit suami, itu tidak penting. Yang penting sekarang ialah Tuhan Yesus sudah menyembuhkannya.  

Dulu saya juga sering diintimidasi oleh mereka yang belum kenal Tuhan (teman-teman). Mereka bilang, suami kamu kan belum ambil keputusan jadi Kristen (ketika itu), makanya jadi istri, kamu jangan ikut-ikutan, jangan sampai ujung-ujungnya nanti kena kutukan, usaha bermasalah, dll.

Warno Halim: 
Benar, dulu juga banyak yang bilang agar saya pikir-pikir dulu kalau mau pindah kepercayaan, apalagi jadi Kristen. Tapi justru sekarang mereka yang dulunya menyarankan seperti itu, melihat perubahan yang kami alami. Sekarang, mereka tidak berani berkomentar seperti itu lagi. Mereka tahu persis, tidak ada satu dokter pun yang bisa menyembuhkan penyakit saya, tapi sekarang saya sudah sembuh berkat Tuhan Yesus. Saya sempat bilang kepada mereka, kamu bisa menghalangi saya jadi Kristen, tapi kamu bisa sembuhkan saya? Akhirnya mereka sadar dan mengerti, tidak lagi menghalangi saya dan keluarga untuk percaya Tuhan Yesus. 
Redaksi: Ketika pertama kali beribadah di Psalm 21, apa yang bapak rasakan?

Warno Halim: 
Pertamakali beribadah di Psalm 21, rasanya biasa saja. Tapi saya sangat diberkati dengan nyanyian yang dipanjatkan, juga alunan musiknya, yang saya anggap agak aneh. Gereja seperti apa ini? Kog seperti ada show gitu.

Minggu kedua, saya kembali beribadah di Psalm 21, juga tanpa istri dan keluarga, dan mulai mengalami jamahan Tuhan. Ketika mengikuti nyanyian dalam ibadah, tiba-tiba saya menangis, tapi bukan menangis karena sedih, tapi merasa sangat sukacita. Sejak pengalaman itulah, saya mulai merasakan jamahan Tuhan yang luar biasa. 

Redaksi: Lalu bagaimana kondisi kesehatan bapak ketika itu?

Pak Warno: 
Waktu itu, saya masih belum sembuh, walaupun kalau dilihat kejadian diatas, sepertinya memang tidak ada penyakit yang menyerang saya sesuai dengan hasil pemeriksaan dokter. Tapi saya selalu merasa ada penyakit dan sampai sekarang pun, saya tidak mengetahui apa penyakit yang saya derita tersebut. 
Hasil rontgen terakhir mengatakan ada pengapuran di leher, tapi itu bukan masalah besar. Kata dokter, cukup saya banyak menggerakkan leher saya saja, maka pengapuran itu akan sembuh. Setiap orang, pasti mengalami pengapuran karena faktor usia. 

Redaksi: Selanjutnya apa yang Anda alami setelah mengenal Yesus? Apa mengalami kesembuhan?

Warno Halim: 
Sejak saya mengenal Yesus, mulai berangsur-angsur mengalami pemulihan, walaupun belum 100%. Dulu saya sempat merasa malas untuk bertemu orang. Terkadang kalau bertemu orang karena terpaksa, dia membutuhkan kita. Penyebabnya karena kondisi fisik yang mengganggu.

Red: Apakah Anda sudah dibaptis?

Warno Halim:
Sudah, saya dibaptis pas tanggal 24 Desember 2013, setelah sharing dengan gembala. Saya mendapat nama baptis Yehezkiel. Sebelum dibaptis, saya kan sudah mengalami pemulihan seperti yang saya ceritakan di atas. Lalu saya sharing dengan gembala kalau penyakit saya ini kog belum sembuh total. Lalu gembala berkata, bahwa Tuhan sudah memberitahu kepada beliau sejak saya baru masuk ke pintu, orang ini (Pak warno) harus kamu tolong, Aku akan menyembuhkannya. 

Lalu gembala menyarankan agar saya segera dibaptis secara selam. Saya katakan, “OK pak, saya akan baptis. Kapan saya bisa dibaptis?” Gembala berkata, “Ya kalau kamu sudah siap, kapan pun boleh. Sekarang juga bisa.” Saya langsung dibaptis hari itu juga, pukul 11 siang, setelah pulang sebentar untuk mengambil pakaian dan handuk. Malamnya, saya ke gereja mengikuti perayaan Natal. Sejak saat itu, saya merasakan sudah tidak ada penyakit lagi. Saya merasa sangat sehat. Saya yakin dan sangat bersukacita. Kondisi sangat fit, walaupun masih kurus. 

Saya merasa sudah menjadi manusia baru, menjalani kehidupan yang baru. Manusia lama yang sering sakit, sudah berlalu. 

Redaksi: Puji Tuhan, bagaimana pengalaman mengikuti seminar Kingdom Gathering (KG) di Psalm 21?

Warno Halim:
Beberapa waktu setelah dibaptis, saya mengikuti seminar Kingdom Gathering di gereja Psalm 21, sekitar tahun 2014. Waktu itu, saya mengikuti KG sendiri. Saya mengalami jamahan Tuhan yang luar biasa dalam KG. Saya merasa mengalami pemulihan yang lebih lagi setelah mengikuti seminar. 

Ketika didoakan waktu mengikuti KG, rasanya seluruh badan ini menjadi ringan. Saya percaya, itu karena adanya pelepasan dari kuasa jahat, yang saya alami. Saya merasakan  banyak perubahan dalam kehidupan saya, baik secara fisik, maupun kerohanian. 

Karena mengalami manfaat yang luar biasa dalam KG, maka ketika diadakan lagi, saya mengajak istri dan anak untuk mengikuti seminar ini. Saya sendiri pun ikut lagi. Ketika saya ikut KG yang kedua kalinya, saya sudah sembuh. 

Redaksi : Pak, adakah kiat-kiat bagi para pembaca yang mungkin menghadapi masalah yang sama dengan Bapak, supaya semangat mereka terbangun dan dapat menjadi berkat.

Warno Halim:
Saya mau membagikan beberapa kiat untuk memberkati para pembaca:

  1. Bagi Anda yang membaca kesaksian ini dan sedang mengalami penyakit apapun, walaupun penyakit Anda berat dan dokter sudah angkat tangan, atau penyakit Anda belum diketahui, jangan kuawatir dan jangan putus asa, sebab selalu ada jalan keluar dari Yesus. Kalau manusia sudah tidak anggup, masih ada Tuhan yang sanggup, karena tidak ada yang mustahil bagiNya. Seperti pengalaman yang saya alami di atas bahwa di atas kita masih ada Tuhan yang siap menyembuhkan. Jadi jangan berkata sudah tidak ada jalan. Tapi katakan bahwa dalam Tuhan, selalu ada jalan. Disaat semua jalan sudah buntu, masih ada jalan ke atas (Tuhan). 
  2. Selalu taat kepada Tuhan dan jangan pernah mendua hati terhadapNya.Tetapkan bahwa hanya Tuhan yang kita sembah.Tuhan Yesus adalah Penyembuh Sejati, yang mendatangkan Kesembuhan Sejati.

Ada tiga ayat emas yang selalu dipegang Warno Halim dan istri:
Lukas 6:18, “Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan.”
Yohanes 3:16, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Yokubus 1: 12 “berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.”

Nara sumber:
Warno Halim (49 th)
Istri: Yanti (43 th)
Anak-anak: Wendy Wijaya (22 th) dan Warrin Wijaya (18 th)

Redaksi: Pak Warno Halim, istri dan anak-anaknya saat ini tekun beribadah di Psalm 21 Kingdom Haritage Community, Pontianak.