Kalimat di atas langsung muncul begitu saja dalam benak saya, ketika selesai menulis dan membaca ulang hasil ketikan ini, yang merupakan wawancara eksklusif dengan Rudi Sugianto (31), seorang anak muda yang energik dan sukses dalam pekerjaannya dalam tempo yang singkat.

Suami dari Anita (22) ini mencapai puncak karirnya dibidang asuransi dalam usia yang masih muda, sebelum 30 tahun. Dalam sebuah kesempatan wawancara dengan saya, anak sulung dari 4 bersaudara ini menuturkan pengalaman hidupnya, perjuangannya yang tidak kenal lelah dan kepercayaannya kepada Sang Pencipta Semesta.

Apa yang membuat saya menempatkan kalimat di atas sebagai judul wawancara ini? Setelah Anda membaca artikel ini, Anda akan menemukan bagaimana antusiasnya seorang Rudi dalam mengarungi kehidupannya, bagaimana sukses yang dicapainya dan bagaimana dia bisa melewati pergumulan yang sangat berat, yang bisa saja merenggut nyawanya! Tetapi Rudi bisa melewatinya, hanya karena Tuhan yang membuatnya berhasil!

Saya asli orang Pontianak, yang lahir pada tahun 1983, sekitar 31 tahun yang lalu. Saya anak sulung dari empat bersaudara dengan dua adik laki-laki dan seorang adik perempuan. Saya berlatar belakang kepercayaan lain.

Saya juga termasuk anak yang cukup nakal. Ketika masih SD, saya sering tidur di kelas, pada deretan kursi paling belakang, waktu pelajaran agama. Guru agama sering bercerita tentang Tuhan Yesus, tetapi saya tidak mau mendengarkan.

Tetapi suatu sore, saya sempat melihat sebuah peristiwa, yang saya anggap mujizat. Saya melihat awan berbentuk seperti wajahnya Tuhan orang Kristen. Saya pulang ke rumah dan membuka buku pelajaran agama Kristen dan saya melihat wajah yang sama, yaitu wajah Tuhan Yesus. Wajah yang penuh kedamaian. Sejak itu, saya mulai ada perubahan. Mulai suka mendengarkan pengajaran guru agama Kristen di sekolah.

Peristiwa itu saya alami ketika masih kelas 2 SD. Kelas 6 SD, saya ikut katekumen di SMP Suster Pontianak. Saat itu, suster berkata bahwa ada sebuah mujizat, dimana ada orang yang pernah melihat awan yang berbentuk wajah Tuhan Yesus. Saya terkejut dan yakin, kalau sayalah orang yang dimaksud. Saya menjadi yakin bahwa pengalaman saya itu adalah mujizat. Saya yakin peristiwa yang saya lihat di langit itu ialah panggilan Tuhan terhadap saya.

Saya dibaptis pada waktu SMP, tetapi jarang ke gereja, hanya Kristen napas (Natal-Paskah) atau Kristen KTP (Kristen Tanpa Pertobatan) dan tidak mengerti firman Tuhan.

Saya bergabung dengan gereja Psalm 21 pada tahun 2003. Ketika itu, gereja masih mengadakan ibadah di Gedung Graha Air Kehidupan, Jl. H.Abbas I No 52 (sekarang kantor gereja). Saat itu saya masih mahasiswa dan menjalankan kuliah semester 2 disebuah universitas.

Saya bisa bergabung dan berjemaat di Psalm 21 karena Sdr. Alex yang adalah teman SMU saya sering bercerita bahwa di Psalm 21 sering terjadi mujizat. Saya penasaran dan coba ikut ibadah yang diselenggarakan.

Pada awal mengikuti ibadah di Psalm 21, saya sempat terkejut sekaligus terkesima melihat ibadah yang diselenggarakan, full musik dengan sound system yang lengkap dan ruangan ber-AC. Ini ibadah, tapi seperti mau nonton konser, pikir saya. Terus terang, walaupun saya terkesima, tetapi sebenarnya agak kurang nyaman, karena paradigma saya tentang ibadah di gereja seharusnya tenang dan sunyi, karena saya dulunya ikut sebuah gereja yang ibadahnya tenang.

Ketika masih di gereja lama, saya pun kurang aktif, dan hanya datang jika perayaan Paskah dan Natal saja. Jadi ketika pertama kali beribadah di Psalm 21, saya terkejut, “Kog gereja ini seperti konser saja?” Awalnya, ketika mendengar musiknya, saya pusing, karena ribut sekali, mungkin belum terbiasa.

Ketika pertama kali mendengarkan khotbah dari Pdt. Markus Tonny Hidayat, selaku gembala Psalm 21, saya tersentuh dan hati saya hancur. Saya merasa sebagai orang yang sangat berdosa dan harus bertobat. Khotbah inilah yang menarik bagi saya dan membuat saya datang lagi di minggu-minggu selanjutnya. Bahkan hampir tidak pernah “bolong” disepanjang tahun itu. Saya mengalami kasih mula-mula,dan akhirnya saya mengerti apa itu sukacita. Saya merasakan ketenangan dan kedamaian yang belum pernah saya alami. Saya pun mengikuti SHDR (Seminar Hidup Baru dalam Roh, sekarang Kingdom Gathering/KG).

Saya masih ingat pada saat pertama kali saya beribadah di Psalm21, Pdt. Markus Toni  Hidayat berkhotbah bahwa orang kristen itu tidak boleh merokok. Saat itu saya baru berhenti merokok 2 minggu. Saya meresponi apa yang dikhotbahkan. Sebelumnya, saya sudah pernah mencoba berhenti merokok, tetapi selalu gagal. Pernah sampai tiga bulan tidak merokok, tetapi kemudian saya tidak tahan dan merokok lagi. Saya coba lagi sampai berhenti merokok selama 6 bulan, tetapi akhirnya merokok lagi. Namun setelah dijamah Tuhan dan mendengarkan khotbah, saya meresponi dan berkomitmen untuk berhenti merokok sejak hari itu, sampai sekarang. Saya berjanji pada Tuhan untuk tidak akan merokok lagi, walaupun hanya sebatang. Puji Tuhan, saya berhasil karena kekuatan Tuhan.

Selain merokok, ketika SMA, saya juga pernah terlibat dalam perjudian bola. Perjudian adalah cara setan yang menjerat manusia untuk terus melakukannya. Biasanya orang akan bilang, kalau mereka menang kali ini, maka mereka akan berhenti main. Tetapi nyatanya, sekali menang, ingin coba lagi. Siapa tahu bisa menang lagi. Terus demikian, sehinga judi itu menjerat kita.

Tanpa kekuatan Tuhan, mustahil kita bisa lepas dari jerat judi. Sejak saya bergabung di Psalm 21 dan mendapat jamahan Tuhan, dengan kekuatanNya, saya bisa terlepas dari jerat judi bola.

Jadi benar seperti kata teman saya Alex, kalau di Psalm 21 sering terjadi mujizat. Pertama kali datang, saya langsung ingin datang lagi, sekalipun musiknya “berisik”, tapi saya suka dan hati saya damai sekali; suatu hal yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya.

Tidak lama, setelah saya mengikuti ibadah dan SHDR, saya mulai rajin membaca dan merenungkan Alkitab. Dan mengikuti Komunitas Sel (Komsel). Yang menjadi Pemelihara Komunitas Sel/PKS saya waktu itu ialah Sdr. Daniel Aripin.

Semakin hari, saya semain mengenal dan rindu akan Tuhan. Saya semakin rajin untuk membaca Alkitab. Jika membaca sebuah pasal, saya akan tertarik dan tertantang untuk membaca kisah seterusnya dalam pasal-pasal berikutnya, tidak bisa berhenti. Saya penasaran dan kepingin terus membacanya. Saya pernah membaca Alkitab sampai 40 pasal dalam sehari. Saya sangat tertarik dengan cerita-cerita kehidupan Abraham, Daud dan tokoh-tokoh Alkitab lainnya. Saya telah membaca Alkitab 4 kali dari awal sampai akhir, yaitu dari kitab Kejadian sampai Wahyu.

Awalnya orang tua marah dan menentang saya untuk menjadi Kristen, tetapi karena melihat perubahan saya yang dulu nakal menjadi alim, tidak lagi suka berkelahi dan tidak lagi judi bola, sampai akhirnya saya berhenti merokok. Akhirnya mereka tidak lagi marah. Bahkan orang tua dan adik-adik saya sudah menjadi Kristen dan dibaptis juga.

Kesuksesan saya dimulai dari tahun 2005, ketika saya tamat kuliah. Saat itu, gereja beribadah di mall Gajah Mada yang sekarang sudah menjadi hotel Aston. Saat itu, gembala sering berkhotbah tentang kesuksesan dan Sdr. Andy (worship Leader) juga banyak menciptakan lagu pujian bertemakan kesuksesan. Ketika itu, saya mengimani apa yang dinyanyikan dan dikhotbahkan gembala.

Saat itu, saya belum bekerja, tetapi setelah saya mengimani apa yang dinyanyikan dan dikhotbahkan di gereja, Tuhan membukakan sebuah ladang pekerjaan. Saya diterima bekerja disebuah perusahaan farmasi, dibagian marketing. Tidak lama bekerja disana, saya sudah dipromosikan menjadi Supervisor. Tahun 2009, saya juga bekerja part time sebagai agen asuransi dari sebuah perusahaan asuransi terkemuka di dunia.

Saya terus manjalankan keduanya, baik di perusahaan farmasi, maupun di asuransi, tetapi justru pekerjaan di asuransi yang lebih berhasil. Setahun setelah menjalankan asuransi, saya dipromosikan menjadi Unit Manager (awal 2010). Ketika itu, income saya di asuransi masih kecil, sekitar Rp. 4 juta/bulan.

Dibulan September 2010, disebuah ibadah di Psalm 21, saya mendapat nubuatan dari seorang pendeta Keturunan India. Ketika altar call, pendeta tersebut menumpangkan tangan dan menyampaikan nubuat ini kepada saya. Dia berkata bahwa waktu saya belum tiba, tapi saya akan dipakai Tuhan luar biasa, dan saya akan mendapatkan perlindungan Tuhan dan tim saya akan menjadi besar. Sebelum ditumpangi tangan, saya memang sudah mengalami jamahan Tuhan dalam ibadah tersebut. Saya terkejut ketika pendeta itu berkata, “Timmu akan besar.” Saya yakin ini adalah nubuatan mengenai tim kerja asuransi yang saya bangun. Heran, saya belum pernah bericara dengan pendeta tersebut, tetapi dia berkata bahwa tim saya akan besar dan saya mengimani bahwa itu adalah tim kerja saya di asuransi. Saya percaya itu ialah pewahyuan dari Tuhan.

Sejak nubuatan itu, saya sudah mulai melihat penggenapannya. Karir saya di perusahaan asuransi itu mulai menanjak seperti roket. Saya berhasil mencapai target demi terget (kontes demi kontes). Saya mendapat reward ke Bali (th 2010), yaitu kontes National Leader Conference tahun 2010. Tahun berikutnya (2011), saya juga mendapat reward jalan-jalan ke Kuala Lumpur, Malaysia, yaitu kontes National Leader Conference tahun 2011. Tahun berikutnya (2012) saya mendapat reward, jalan-jalan ke Eropa (Roma), terus saya extend ke Venesia, Milan, Swiss, London dan Paris. Selanjutnya, tahun berikutnya lagi (2013) saya kembali mendapat reward ke Amerika (Los Angeles dan Las Vegas). Lalu ditahun 2014 ini, saya mendapat reward ke Budapest, Honggaria.

Pada saat saya mencapai puncak karier di asuransi, saya mengalami sebuah cobaan yang sangat berat bagi saya. Saya menderita sebuah penyakit aneh, yang awalnya belum terdeteksi. Tapi saya yakin, ini memang Tuhan ijinkan. Saya sudah berobat ke berbagai dokter di Pontianak, namun tidak ada hasilnya, masih belum diketahui dengan jelas, sebenarnya apa penyakit saya. Saya benar-benar frustasi. Berat badan turun drastis, tetapi belum diketahui penyakitnya.

Saya terus berdoa dan bertanya kepada Tuhan, apa sebenarnya penyakit saya. Biarlah Dia membuka jalan. Diagnosa sementara dari dokter ialah TBC. Saya berpikir, mungkin benar, karena saya pernah membaca gejala TBC diinternet sama dengan yang saya alami.

Saya sempat periksa ke Kuching, Malaysia. Dan ada 5 dokter di Kucing, yang telah memeriksa saya. Awalnya, diagnosa semua dokter tersebut sama, yaitu TBC. Namun akhirnya ada satu dokter terakhir yang menyarankan agar saya melakukan biopsi, yaitu mengambil jaringan daging untuk diperiksa di laboratorium. Setelah 2 kali biopsi, diketahuilah bahwa saya mengidap kanker kelenjar getah bening.

Tentu saya sangat shock, karena penyakit kanker kelenjar getah bening yang saya alami sudah cukup parah, berada di stadium 3b. Sebagai manusia biasa, tentunya saya shock dan sangat takut. Rupanya bukan TBC, tetapi kanker, karena gejalanya 100% sama.

Saya sempat periksa ke seorang dokter internis di Pontianak, dan dia menyampaikan hal-hal yang negatif mengenai penyakit saya. Dia bilang, sekalipun sudah dinyatakan sembuh, tetapi sebenarnya penyakit ini tidak bisa disembuhkan total, jadi sewaktu-waktu bisa kambuh lagi. Mendengar penjelasan dokter ini, saya sangat down. Saya dan pacar saya (sekarang istri) menangis. Mungkin hidup saya tidak lama lagi, sedangkan kedua orang tua saya sudah pensiun. Padahal sebagai anak sulung, saya menjadi tulang punggung keluarga.

Jika saya meninggal karena sakit ini, bagaimana dengan keluarga? Saat itu, saya mengalami shock dan ketakutan yang amat sangat. Di tengah kesuksesan, mungkin saya sudah mengabaikan Tuhan, sehingga tidak memiliki waktu yang cukup bagiNya. Meskipun awalnya saya rajin, tetapi karena kesibukan, pelayanan saya mulai mengendur. Mungkin penyakit ini merupakan peringatan Tuhan untuk saya. Saya rindu untuk berbalik kembali kepada-Nya.

Dulu saya sempat berpikir, jika saya terus melayani, tetapi tidak ada uang, ya susah juga. Jadi saya harus usaha dulu, sampai jika sudah ada uang, baru melayani. Saya terus bekerja mencari uang, sampai sukses, tetapi saya mengesampingkan hal yang esensi. Saya sukses dikehidupan jasmani, tapi terpuruk dalam kerohanian. Sukses dalam karir, tetapi hancur dalam pelayanan.

Dalam kondisi demikian hampir setiap malam, saya tidak bisa tidur. Suatu malam, saya bermimpi, dimana dalam mimpi itu, Tuhan menegur saya. Dia bilang, “Berbaliklah kepadaKu, maka Aku akan menyembuhkan engkau.” Setelah itu, saya terbangun dan berdoa.

Setiap pagi, saya selalu berkata di depan cermin bahwa oleh bilur-bilurNya, saya telah disembuhkan. Saya yakin bahwa firman Tuhan akan digenapi. Waktu itu, banyak juga orang yang menawarkan pengobatan dari dukun atau paranormal, tetapi saya tidak mau. Saya tidak mau mengkhianati Tuhan. Buat apa jika tubuh saya disembuhkan, tetapi jiwa saya terjual kepada iblis. Saya tetap berharap pada Tuhan, sekalipun dalam kondisi yang sakit dan depresi.

Akhirnya saya memutuskan untuk menjalani kemoterapi sampai 6 kali di Kuching. Setiap 3 minggu sekali saya melakukan kemoterapi. Pada kemoterapi pertama, langsung hilang benjolan tumor tersebut. Tentu semua rambut saya rontok akibat kemoterapi tersebut, bahkan alis saya juga ikut rontok.

Selain kanker, timbul masalah lain, yaitu dana. Saya harus menyiapkan dana setiap 3 minggu, sebesar Rp. 30 juta. Karena saya harus dikemoterapi setiap 3 minggu. Itu baru untuk kemoterapi saja, belum biaya lain-lain lagi seperti dokter, rumah sakit, pemeriksaan lain seperti MRI. Tetapi puji Tuhan, semuanya dicukupkanNya melalui ansuransi, tempat saya bekerja.

Saya melupakan penyakit ini dan tetap menjalankan aktifitas seperti orang sehat. Saya tidak pernah mengupdate status yang sedih-sedih. Bahkan teman saya ada yang tidak tahu kalau saya sakit. Benar apa yang dikatakan oleh firman Tuhan bahwa hati yang bersukacita ialah obat yang manjur. Pada saat sakit, saya sering membaca buku kesehatan. Di Jepang ternyata ada terapi tertawa untuk orang sakit dan firman Tuhan juga berkata bahwa hati yang berduka cita mengeringkan tulang. Saat itu saya berpikir bahwa saya tidak boleh depresi karena saya pernah membaca buku tentang kesehatan juga bahwa jika kita depresi, maka imun tubuh kita akan turun dan tidak bisa melawan penyakit. Saya menemukan pengharapan di dalam Tuhan kembali, sehingga saya menjadi tidak takut lagi dan saya percaya bahwa saya pasti disembuhkan karena saya ingat bahwa nubuatan dari pendeta keturunan India tersebut pasti digenapi. Tim saya di asuransi akan menjadi besar. Itu artinya saya pasti sembuh dan memimpin di tim saya dengan tim yang sangat besar.

Saya juga cek MRI setelah melakukan kemoterapi yang ketiga, dan hasilnya sangat memuaskan. Semua sel kanker hilang. Saat itu saya sangat yakin, bahwa saya sembuh. Kemoterapi yang terakhir (ke 6) ialah pada tgl 28 Februari 2013. Kemoterapi pertama sekitar November 2012. Ketika saya mendapat reward ke Amerika, itu saya baru selesai kemoterapi yang terakhir, sekitar seminggu. Dan saya selalu memakai topi, karena botak.

Setelah ke Amerika, saya berangkat ke Kuala Lumpur dan discan lagi disana, untuk memastikan kalau semua sel kanker sudah tidak ada lagi. Ketika dirawat, tubuh saya disuntik uranium (bahan nuklir). Scan ini untuk mendeteksi, apakah masih ada sel kanker yang aktif. Ternyata, hasil scan ini menjelaskan bahwa tubuh saya sudah bersih dari kanker.

Saya percaya bahwa semua nubuatan dari Tuhan sedang digenapi. Banyak orang yang lebih hebat dan lebih pintar dari saya, tetapi Tuhan menjadikan saya sukses. Saya percaya, ini bukan karena kehebatan saya, tetapi Tuhan yang membuat pekerjaan saya berhasil. Hidup saya sangat beruntung. Tuhanlah yang memilih saya dan bukan saya yang memilih Tuhan. Bukan karena saya lebih benar dari pada orang lain, tetapi memang Tuhan yang memilih saya. Bahkan Tuhan mengenal saya sejak dalam kandungan.

Tahun 2010, saya bertemu dengan seorang gadis, Anita, yang akhirnya menjadi istri saya, sampai sekarang. Waktu itu, saya baru dipromosikan menjadi unit manager, jadi masih “kere” (tidak punya uang). Waktu itu saya sedang menemani seorang agen saya, untuk memprospek temannya, Anita ini. Dan kami pun bertemu disitu.

Setelah itu, kami masih beberapa kali ketemuan lagi, dimana saya berkunjung ke rumah Anita. Saya percaya bahwa Anita ialah jodoh dari Tuhan untuk saya. Sebenarnya salah satu agen saya yang lain pernah bilang, kalau ada seorang gadis yang mau menjadi agen asuransi. Saya minta no. hp-nya, tapi waktu itu, saya tidak pernah kontak gadis tersebut. Lalu agen yang berbeda lagi, yang saya temani prospek, seperti yang saya ceritakan di atas, memprospek seorang temannya Anita, yang belum saya kenal dan orangnya sama dengan gadis yang pernah diceritakan kepada saya sebelumnya. Dari prospek tersebutlah, awal perkenalan kami, dan terus berlanjut sampai kami menikah. Inilah rencana Tuhan.

Istri saya inilah yang tahu persis segala sesuatu yang saya alami, mulai dari awal karir saya di asuransi sampai sukses dan sakit kanker. Dia yang tahu persis bagaimana saya mengalami masa-masa kejayaan puncak karier, sampai sakit kanker dan akhirnya sembuh total. Anitalah yang setia menemani saya, dari sejak saya masih “kere”, naik motor dan sering kehujanan, sampai sudah naik mobil.

Sekarang saya sudah bekerja fulltime di perusahaan asuransi tersebut. Di perusahan farmasi tempat saya bekerja dulu, saya sempat bekerja selama tiga tahun. Dan saya sudah resign dari perusahaan tersebut, sejak 30 April 2010.   

Bp. Rudi Sugianto dan istri, sampai saat ini aktif berjemaat dan melayani di gereja Psalm 21, Pontianak. Sampai saat ini, masih bekerja di perusahaan asuransi Prudential.